Segmentasi dalam digital marketing
Coba deh bayangin, kamu pergi ke Rumah Makan Nasi Padang, atau Warteg deh.
Terus pas kamu mau milih lauk, ternyata semuanya udah kecampur. Tempe, rendang, tahu, ayam bakar semuanya dalam satu baskom gede. Ga kepisah. Ga bisa milih. Ambil apa yang ada aja, suka maupun ga suka. Kalau ga kepepet banget, apa tempat ini akan jadi pilihanmu?
Sekarang mungkin kamu bersyukur karena semuanya kepisah. Kamu tahu lauk apa yang habis, lauk apa yang (sepertinya) gosong, lauk apa yang (kelihatannya) enak. Iya kan? Ayam goreng ya punya piringnya sendiri. Tempe juga ada piringnya sendiri.
Semuanya terpisah menurut kategori dan lebih spesifik, kondisi ini bahasa marketingnya Segmentasi.
Lalu untuk marketing? Apa yang bisa kita segmentasi?
Seperti yang ada disetiap pembukaan kelas bisnis atau marketing, kalimatnya kurang lebih begini:
“Kenali dulu target marketmu.”
Ya, betol.
Kalo balik ke analogi nasi padang tadi, kalau kita kesana pengen makan rendang, yaudah, kita carinya rendang. Kita puas. Karena target kita adalah rendang. Bayangin kalo kita dapet semua lauk yang tercampur itu. Bisa jadi kita dapet rendang, bisa jadi enggak.
Hal ini masih sering banget terjadi dimana-mana. Saking “luas”nya target market, malah menarget siapapun. Hasilnya ya… kemungkinan besar ga akan kecantol sama siapapun. 🙂
Jadi, yang enak untuk disegmentasi dalam marketing adalah target market.
Yes, masih banyak bisnis yang bahkan ga punya segmentasi targetnya. Kalau kamu uda ngelakuin ini, kamu bisa percaya diri udah selangkah lebih maju daripada bisnis yang lain.
Tips untuk ‘bermain’ sama segmentasi
Ini contoh sederhana.
Saya adalah penjual baju laki-laki ukuran jumbo (XXL keatas). Maka segmentasi awal saya adalah:
• Laki-laki
Lalu perdalam segmentasi ini, cara paling gampang sih, pake pertanyaan.
Apa kita menjual untuk wanita? Tidak.
Apa kita menjual untuk semua umur? Tidak, hanya tersedia kurang lebih untuk anak SMA keatas.
Apa kita menjual semua tipe baju? Tidak. Hanya kaos, kemeja dan jaket.
Designnya kurang lebih seperti apa? Mengambil character game, quote lucu.
Maka segmentasinya bisa kita perdalam lagi,
• Laki-laki berusia 18 – 55 tahun yang mencari baju ukuran jumbo
Segmen diatas menggunakan tambahan Demografi usia.
Kita juga bisa menggunakan Geografi, Psikografi dan Behavioural. Maka dari itu, segmentasi saya bisa lebih dalam lagi jadi,
• Laki-laki berusia 18 – 55 tahun di Kota Denpasar yang mencari baju ukuran jumbo.
• Laki-laki berusia 18 – 55 tahun yang mencari baju ukuran jumbo dan hobi bermain game.
• Laki-laki berusia 18 – 55 tahun yang ingin memiliki pilihan design baju.
Hah? ingin memiliki pilihan design baju? Yakin?
Yes. Ini saya dapet setelah ngobrol sama teman-teman yang mencari baju berukuran jumbo. Karena kebanyakan baju biasanya polosan dan kadang-kadang baju ukuran jumbo itu pilihannya terbatas. Hanya ada di design-design tertentu. Hey, I’m doing my research here. 🙂
Saya sih nyaranin untuk sementara ada 3 – 5 segmentasi untuk market. Jangan banyak-banyak dulu, biar ga terlalu simpang siur. Kalo sama 3 – 5 segmentasi aja udah bingung, apalagi ada 10.
Ga penting kuantitas segmentasi kalo ternyata eksekusinya ga berkualitas.
Setelah itu…
Kamu bisa buat planning berdasarkan segmentasimu.
Kamu bisa mulai pilih platform mana aja yang mereka pakai.
Kamu bisa mulai buat konten yang “ngena” banget sama mereka.
Kamu bahkan bisa nyari model yang pas! Karena kalau aku ga pake orang yang jumbo untuk nyoba bajuku, jadinya yang beli juga ga kebayang kan? 🙂
Kamu bisa mulai buat pesan yang ingin kamu sampein tentang brandmu.
Kamu tahu, siapa yang harus kamu riset.
Marketing itu bagai maraton yang ga berhenti-berhenti, kamu harus terus update dan terus beradaptasi.
Saat sudah tau segmentasimu, kamu lebih gampang untuk membuat konten, membuat teks maupun membuat promo.
Dan ingat, jangan maksa sampe kualitasmu malah jadi turun. Selalu utamain kualitas pada saat pembuatan konten ya!
Segmentasi dalam digital marketing – mencari data.
Di dunia digital, baik di platform sosial media seperti Facebook, Instagram ataupun TikTok, biasanya memberimu data tentang followersmu, apa yang mereka suka, dan jam aktifnya mereka.
Coba lihat konten mana sih yang paling banyak dicomment?
Konten mana yang paling banyak di-share?
Konten mana yang paling banyak orang tanyain?
Kalau followers masih belum begitu banyak, biasanya datanya juga ga banyak. Ada opsi cepat untuk ngumpulin data yaitu ngelakuin iklan berbayar. Dengan iklan berbayar, banyak data yang bisa kamu dapetin kayak ngecek konten mana sih yang ngefek, konten mana yang buat orang ngirim pesan sampe dapet pembelian!
Kalau di website, segmentasi biasanya dilakukan dengan bantuan Google Analytics atau Adobe Analytics. Atau dengan menggunakan CRM juga bisa. Keuntungan pakai website adalah data yang kamu dapet bisa lebih buanyaaak, lebih bervariasi, tapi juga lebih kompleks. 🙂
Kamu bisa ngesegmentasi dari hal-hal sederhana kayak apakah iklan berbayarmu efektif untuk pembelian atau enggak, sampai hal-hal super spesifik kayak apakah orang yang melakukan pembelian datang darimana, pakai device apa, kapan terakhir dia datang dan produk apa aja yang dia kunjungi.
Kalau datanya banyak, segmentasi ini juara. 🙂
Jadi… sudah siap segmentasi?
Kecil kemungkinan orang akan datang ke Rumah Makan Nasi Padang atau Warteg yang menunya udah kecampur semua.
Kebanyakan orang yang masih ‘kekeh’ bilang kalo, “ada aja kok yang mau!”, itu mungkin memang menarget sebagian kecil orang ini. Entah apapun alasannya.
Jadi gimana? Kamu lebih memilih yang mana? 🙂
Hit me up untuk tukar ide atau diskusi ya!!
Adios!